Semakin memburuknya citra partai politik karena perilaku elitenya, berdampak pada semakin menurunnya kepercayaan masyarakat," kata Indra J Pilliang, pada diskusi "Parpol Menuju Titik Nadir" yang diselenggarakan sebuah radio swasta, di Jakarta, Sabtu.
Pembicara lainnya pada diskusi itu adalah, Ketua DPP Partai Demokrat Didi Irawadi Syamsuddin, Peneliti CSIS Philips Vermote, dan Pengamat Sosial Mudji Sutrisno.
Menurut Indra, sebagian masyarakat Indonesia mendukung perubahan sistem politik dari orde baru menjadi orde reformasi dengan harapan akan terbentuk sistem dan tatanan politik yang lebih baik.
Namun realitasnya, kata dia, setelah 12 tahun berlangsungnya era reformasi sistem dan tatanan politik relatif sama, bahkan citra partai politik semakin memburuk.
"Pada era orde baru, meskipun dinilai otoriter tapi sistem dan tatanan politik maupun partai politik kondusif," katanya.
Indra menambahkan, pada pelaksanaan pemilu di era reformasi, ada partai politik yang baik tapi malah tergusur karena tidak memenuhi persyaratan "parliamentary threshold" atau ambang batas perolehan kursi di parlemen.
Ia mencontohkan, Partai Bulan Bintang (PBB) yang mendapat 12 kursi di DPR RI pada pemilu 2009 malah tergusur karena tidak memenuhi persyaratan "parliamentary threshold" sebesar 2,5 persen.
"Padahal, PBB memiliki tokoh berkarakter serta kader ideologi," katanya.
Indra juga menilai, partai politik yang lebih banyak dipilih masyarakat adalah yang memiliki platform nasionalis daripada partai politik yang berbasis agama.
Pengamat Sosial Mudji Sutrisno menambahkan, situasi politik yang terjadi saat ini lebih banyak didasarkan pada kompromi elite politik yang berada di partai politik.
"Elite partai politik sangat menentukan konstelasi politik yang berkembang," katanya.
(T.R024/Z002)
0 komentar:
Posting Komentar